Pendidikan Tambahan Untuk Anak – Pendidikan anak remaja ini makin menjadi perhatian utama dan prioritas para orang tua. Ada beberapa penyebab: Kesadaran akan pentingnya “bersekolah” dan kesadaran akan arti “sekolah”, tetapi tidak jarang ada pula penyebab lain, yakni ingin menyerahkan beban pendidikan / peran pendidikan ke sekolah (dan para pendidik) entah karena mengetahui adanya “value added” di sekolah, atau sebab frustrasi, sulit mengarahkan anaknya sendiri di rumah (jadi agar tidak sakit kepala-pusing, anaknya di sekolahkan saja)
Apa Manfaat Pendidikan Plus Untuk Anak?
Apapun alasan kita para orang tua dalam menyekolahkan anak, seyogyanya kita mengetahui prinsip bahwa: Keluarga ialah tempat pertama dan utama pendidikan seorang anak. Keluarga = sekolah plus. Selama ini, kita mencari sekolah plus, untuk bisa mengatasi “kelemahan” yang ada di rumah atau di dalam pola asuh kita terhadap anak. Namun, kita sering lupa, sehabis kita memasukkan anak ke sekolah “plus”, kita tidak mempelajari dan mengambil “nilai plus-nya” untuk diterapkan di rumah. Akibatnya, di rumah tetap minus dan “plus”-nya tertinggal di sekolah.
Kesulitan atau masalah pada umumnya
Ketika ekspresi dominan sekolah sudah berlangsung, muncul beberapa kesulitan dan masalah yang tanpa sadar merupakan pengaruh dari tertinggalnya nilai “plus” di sekolah.
- Problem mencar ilmu
- Problem motivasi
- Problem sikap
- Problem emosional
- Problem sosial
- Problem nilai
Apa yang perlu dilakukan untuk masalah di sekolah?
Orang renta perlu mencari benang merah dan sinkronisasi beberapa hal yang utama, yang menolong anak menyebarkan hal-hal dasar dalam kepribadiannya. Sebagaimana orang bau tanah memilih sekolah yang tepat dengan orientasi nilai dan keinginan mereka, begitu pula orang tua seyogyanya mengadaptasikan pola-acuan pendidikan yang konstruktif dan positif dari sekolah. Paling tidak, diantara keduanya, saling mengisi dan bukan saling menghapus. Untuk itu lah, komunikasi orang tua dengan anak, dan komunikasi antara orang tua dengan pihak sekolah, menjadi hal yang sungguh penting untuk dikerjakan. Kita tidak mampu bersikap “tahu beres” baik kepada anak maupun pihak sekolah.
Karena, disaat terjadi ketidakberesan, kita tidak bisa semata-mata menunjuk pihak sekolah selaku “biang keladi” dari masalah yang dihadapi anak. Bisa saja duduk perkara dimulai / terjadi di sekolah, tetapi kita harus melihatnya secara bijaksana, sebab reaksi seorang anak terhadap sesuatu, sungguh dipengaruhi oleh proses belajar yang dilaluinya dan pola asuh yang paling mendominasi bentukan sikap dan kepribadiannya.
Jadi, keluarga adalah kawasan utama pendidikan dan pengembangan seorang anak. Sekolah, intinya mengarahkan, menunjukkan tutorial dan kerangka bagi anak untuk mencar ilmu, bertumbuh dan meningkat. Sementara keluarga, justru menjadi center of education yang utama, pertama dan fundamental.