Pengertian Status Kepemilikan Hotel
Status kepemilikan hotel adalah hak milik atas suatu penginapan untuk keperluan bisnis atau komersial. Status kepemilikan hotel mempengaruhi keseluruhan manajemen dan operasional hotel. Pemilik hotel bertanggung jawab atas penentuan harga produk dan layanan yang disediakan oleh hotel mereka.
Status kepemilikan hotel dapat berupa kepemilikan tunggal atau kepemilikan bersama. Kepemilikan tunggal berarti satu orang atau perusahaan memiliki seluruh saham di hotel tersebut. Sementara kepemilikan bersama berarti beberapa orang atau perusahaan memiliki saham di hotel tersebut.
Dalam kepemilikan tunggal, pemilik hotel bertanggung jawab atas seluruh aspek operasional dan manajemen hotel. Mereka menentukan harga, merekrut dan mempekerjakan staf, serta mengontrol anggaran hotel. Beberapa pemilik hotel tunggal juga mengurus operasional hotel secara langsung, seperti memeriksa kamar dan memastikan kebersihan ruangan.
Di sisi lain, kepemilikan bersama dapat membawa serangkaian kendala tambahan dalam pengambilan keputusan. Para pemilik harus memperhitungkan opini dan kepentingan masing-masing dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, kepemilikan bersama membutuhkan komunikasi dan kerja sama yang baik antar pemilik.
Tipe kedua dari status kepemilikan hotel adalah waralaba. Dalam waralaba, kedua belah pihak, yaitu pemilik hotel dan pemilik waralaba, akan sama-sama membangun dan mengoperasikan suatu hotel. Pemilik waralaba akan menyediakan bahan baku dan dukungan operasional kepada pemilik hotel. Sementara pemilik hotel akan bertanggung jawab dalam pengoperasian dan manajemen hotel, serta membayar biaya royalti kepada pemilik waralaba.
Tidak semua hotel akan sesuai dengan kepemilikan waralaba, karena pemilik waralaba hanya mengatur segi bisnis selama waralaba aktif berjalan. Dalam hal ini, hotel besar atau hotel yang ada di kota-kota besar biasanya memilih kepemilikan tunggal, sedangkan hotel kecil padat karya akan lebih sering terjadi kepemilikan waralaba.
Pengambilan keputusan dalam status kepemilikan hotel merupakan salah satu hal penting dalam operasional dan manajemen hotel. Itu sebabnya, pemilik harus mempertimbangkan baik keuntungan maupun risiko dari masing-masing jenis kepemilikan.
Sekarang ini, trend dari hotel-hotel yang biasanya dioperasikan secara bersama adalah karena keterbatasan modal atau kendala lain dalam memulai usaha ini, dan banyak pihak yang berminat untuk terjun ke dunia hospitality. Sudah banyak platform-platform yang memudahkan seseorang untuk bisa berinvestasi di hotel, masuk dalam kepemilikan bersama, dan mendapatkan penghasilan pasif secara berkala sebagai imbalan atas investasi yang diberikan. Keuntungan utama dari kepemilikan bersama adalah dapat menekan biaya yang ada dan memperbesar peluang keuntungan dalam jangka panjang. Keuntungan yang lebih dari ini adalah kesempatan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dari industri hospitality dan rencana jangka panjang serta nilai bagi pengusaha kedepannya. Ini semua didapat parsial atau secara keseluruhan melalui kepemilikan hotel.
Hotel milik Pemerintah: Kelebihan dan Kekurangan
Bagi Pemerintah, kepemilikan hotel sendiri adalah sebuah bisnis yang cukup menggiurkan karena memberikan keuntungan finansial yang cukup besar. Meski terbilang cukup jarang, hotel yang dimiliki oleh pemerintah di Indonesia biasanya memiliki pengunjung yang cukup banyak karena berbagai keunggulan dan kelebihan yang dimiliki.
Salah satu kelebihan dari hotel milik pemerintah adalah adanya pengawasan yang ketat dalam aspek kualitas dan pelayanan. Dibandingkan dengan hotel-hotel milik swasta, hotel pemerintah biasanya terlihat lebih teratur dan rapi dalam segala aspek. Tidak hanya itu, kurang lebih seluruh aspek dari hotel pemerintah, mulai dari aspek higienis hingga pelayanan, telah diatur dan diawasi dengan standar internasional, sehingga para pengunjung tidak perlu lagi khawatir tentang masalah kualitas dan pelayanan.
Keunggulan lain dari hotel milik pemerintah adalah momen bertemu orang-orang penting yang cukup berpotensi bagi pelaku bisnis dan pebisnis di Indonesia. Ada banyak agenda-acara yang seringkali digelar di hotel milik pemerintah, mulai dari artis, pejabat, hingga investor. Hal ini membuka peluang lebih besar bagi pengunjung hotel pemerintah untuk menemukan dan menjalin relasi dengan orang penting tersebut.
Namun, disisi lain, kepemilikan hotel oleh pemerintah juga memiliki kelemahan yang tidak bisa diabaikan. Banyak orang yang beranggapan bahwa hotel milik pemerintah tidak mampu bersaing dengan hotel-hotel swasta dalam hal fleksibilitas harga. Saat ini wisatawan selalu mencari hotel yang menawarkan harga terbaik, dan hotel milik pemerintah ini seringkali kalah dalam hal harga yang relative lebih mahal.
Kelemahan lain dari hotel milik pemerintah adalah adanya birokrasi yang kompleks dalam manajemen hotel. Hotel ini termasuk dalam badan usaha milik negara (BUMN) dan otomatis berada di bawah naungan Menteri BUMN, sehingga setiap keputusan dan bisnis harus melalui proses panjang dan melewati berbagai persetujuan.
Selain itu, karena berada di bawah pemerintahan, hotel milik pemerintah seringkali harus memenuhi target dan quota yang diberikan oleh pemerintah. Inilah yang membuat hotel semacam ini cukup membosankan untuk dikunjungi. Pengelolaan hotel harus menyangkut pada target yang harus dicapai daripada memberikan kepuasan kepada para pengunjung.
Secara keseluruhan, memiliki hotel milik Pemerintah memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus dipertimbangkan dengan baik. Pertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas layanan dan fasilitas yang disediakan, harga yang terjangkau, serta fleksibilitas dalam manajemen hotel. Dengan begitu, dapat diambil keputusan yang bijak, baik bagi para pengunjung maupun bagi pemerintah sebagai pemilik hotel.
Hotel milik Swasta: Peluang dan Tantangan
Jumlah hotel milik swasta di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Ini menunjukkan semakin bertumbuhnya potensi pasar pariwisata domestik dan internasional di Indonesia. Namun, menjadi pemilik hotel swasta juga bukan tanpa tantangan. Berikut adalah peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh pemilik hotel swasta di Indonesia.
Peluang
1. Meningkatnya jumlah pariwisata
Indonesia memiliki keindahan alam dan budaya yang kaya, sehingga jumlah turis yang berkunjung ke Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini menguntungkan bagi pemilik hotel swasta, karena semakin banyak turis yang datang maka semakin tinggi permintaan untuk menginap di hotel. Seorang pemilik hotel swasta yang mengelola bisnisnya dengan baik dan memanfaatkan peluang ini, akan mampu memperoleh keuntungan yang besar.
2. Tingginya delegasi bisnis ke Indonesia
Indonesia juga menjadi tujuan utama bagi delegasi bisnis yang ingin menjajaki peluang bisnis di Indonesia. Hal ini membuka peluang bagi pemilik hotel swasta, karena semakin banyak delegasi bisnis yang datang maka semakin tinggi permintaan untuk tempat menginap yang nyaman.
3. Meningkatnya tren liburan domestik
Bukan hanya wisatawan internasional, namun wisatawan domestik juga semakin banyak berkunjung ke berbagai destinasi wisata di Indonesia. Jika dibiahkan andil mereka terhadap menigkatnya permintaan hotel swasta di Indonesia cukup signifikan. Hal ini menjadi peluang bisnis bagi pemilik hotel swasta untuk menarik wisatawan domestik dengan menyediakan berbagai macam hiburan dan layanan yang menarik.
Tantangan
1. Persaingan bisnis yang ketat
Dengan meningkatnya jumlah hotel swasta, persaingan bisnis semakin ketat. Pemilik hotel swasta harus menghadapi banyak tantangan untuk memenangkan persaingan. Untuk menghadapi tantangan ini, pemilik hotel swasta harus mampu mengelola bisnisnya dengan baik, menyediakan fasilitas dan layanan yang memenuhi kebutuhan pelanggan, dan melakukan berbagai inovasi untuk membedakan diri dari hotel lainnya.
2. Biaya operasional yang tinggi
Salah satu tantangan bagi pemilik hotel swasta adalah biaya operasional yang tinggi. Biaya operasional yang tinggi disebabkan oleh berbagai hal, seperti gaji karyawan, biaya listrik dan air, dan biaya perawatan dan perbaikan properti. Pemilik hotel swasta harus mampu mengelola biaya operasionalnya dengan baik, supaya tetap bisa mendapatkan keuntungan yang cukup.
3. Keseimbangan antara jumlah karyawan dan tingkat pelayanan
Karyawan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas layanan yang diberikan oleh hotel swasta. Namun, pemilik hotel swasta harus mampu menemukan keseimbangan antara jumlah karyawan yang diperlukan dan tingkat pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan. Terlalu banyak karyawan akan meningkatkan biaya operasional, sementara terlalu sedikit akan mempengaruhi kualitas layanan dan kepuasan pelanggan.
Menjadi pemilik hotel swasta tidak selalu mudah, karena siapa pun yang memutuskan untuk membuka bisnis di bidang ini harus menghadapi berbagai peluang dan tantangan. Namun, jika seseorang berhasil mengelola hotel swasta dengan baik, maka bisnis ini mampu memberikan keuntungan yang besar dalam jangka panjang.
Menambah Jumlah Kamar
Untuk meningkatkan status kepemilikan hotel, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menambah jumlah kamar. Hal ini memungkinkan hotel untuk menerima tamu lebih banyak sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Selain itu, dengan jumlah kamar yang lebih banyak, hotel bisa menyediakan berbagai tipe kamar yang sesuai dengan kebutuhan para tamu.
Untuk menambah jumlah kamar, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan. Pertama, hotel dapat membangun gedung baru dengan jumlah lantai lebih banyak. Hal ini tentu membutuhkan investasi yang cukup besar, namun dengan menambah jumlah kamar, hotel bisa meningkatkan status kepemilikan dan daya tarik untuk para tamu.
Strategi kedua adalah dengan melakukan renovasi atau ekspansi pada bangunan yang sudah ada. Hotel bisa memanfaatkan lahan yang masih ada di sekitar bangunan untuk menambah jumlah kamar. Nantinya, kamar-kamar baru tersebut bisa dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi sesuai dengan fasilitas dan kondisi bangunannya.
Strategi ketiga adalah dengan melakukan penambahan kamar di lantai yang telah ada. Biasanya, hal ini dilakukan dengan cara memperluas ruangan yang ada di setiap lantai atau mengubah fungsi ruangan yang sebelumnya tidak digunakan menjadi kamar hotel. Namun, penambahan kamar di lantai yang sudah ada harus memperhitungkan kapasitas dan kenyamanan tamu agar tidak mengganggu privasi dan kenyamanan tamu lainnya.
Apapun strategi yang dilakukan untuk menambah jumlah kamar, hotel harus memperhitungkan ketersediaan fasilitas dan anggaran yang dimiliki. Selain itu, hotel juga harus memperhatikan keselamatan, kenyamanan, dan keamanan tamu yang menginap.
Dalam meningkatkan status kepemilikan hotel, menambah jumlah kamar merupakan langkah yang baik dan strategis. Dengan penambahan ini, hotel bisa menarik lebih banyak tamu dan meningkatkan pendapatan. Namun, keberhasilan penambahan jumlah kamar tergantung pada strategi dan langkah yang tepat serta mempertimbangkan kenyamanan dan keselamatan tamu.
Kasus-kasus Perubahan Status Kepemilikan Hotel di Indonesia
Seperti bisnis lainnya, industri perhotelan di Indonesia juga mengalami berbagai perubahan status kepemilikan. Dalam beberapa kasus, perubahan status kepemilikan tersebut dilakukan untuk mengatasi masalah keuangan dan bisnis yang sulit. Namun, ada juga kasus di mana pengalihan kepemilikan terjadi setelah berbagai faktor mempengaruhi pemilik sebelumnya. Berikut adalah beberapa kasus perubahan status kepemilikan hotel di Indonesia:
1. Hotel Kempinski Jakarta
Pada tahun 2020, Hotel Kempinski Jakarta mengalami perubahan status kepemilikan dari Redefine Group menjadi PT Bali Ragawisata. Pengambilalihan ini merupakan bagian dari ekspansi PT Bali Ragawisata di bisnis perhotelan yang telah dimulai sejak 2019. Hotel Kempinski Jakarta yang berlokasi di Jalan M.H. Thamrin adalah hotel bintang lima yang terkenal di Jakarta. Hotel ini memiliki 289 kamar dan tersedia fasilitas mewah untuk pelanggan.
2. Novotel Lampung
Pada tahun 2018, Novotel Lampung mengalami perubahan status kepemilikan dari PT. First Lampung Indah Hotel (FLIH) menjadi PT MSA Mandiri Utama. Perubahan kepemilikan terjadi setelah adanya sengketa antara pemilik sebelumnya, PT. FLIH dengan pekerja hotel yang terkait dengan upah dan tunjangan. Akhirnya, PT. FLIH harus melepas kepemilikan hotel yang membesarkan namanya sejak pertama kali dibuka pada 2011.
3. Hotel Aryaduta Medan
Hotel besar lainnya yang mengalami perubahan status kepemilikan adalah Hotel Aryaduta Medan. Hotel yang berlokasi di Jalan Kapten Maulana Lubis ini pada awalnya dimiliki oleh grup Bakrie melalui NSN Corporation. Namun, pada tahun 2018, hotel tersebut terjual ke pengusaha asal Medan yang juga sukses di bisnis properti yaitu Harry Wijaya. Hotel Aryaduta Medan yang berdiri pada tahun 1974 ini terkenal dengan kemewahannya yang cocok untuk pelanggan yang menikmati fasilitas bintang lima.
4. The Laguna, A Luxury Collection Resort & Spa, Bali
Pada tahun 2019, The Laguna, A Luxury Collection Resort & Spa, Bali terjual kepada Annika Holland Bali Limited. Pengalihan kepemilikan ini tidak mengubah manajemen hotel. Restoran dan kolam renang hotel ini cukup terkenal di kalangan wisatawan karena sudah mendapat banyak penghargaan.
5. The St. Regis Bali Resort
The St. Regis Bali Resort merupakan hotel bintang lima yang berlokasi di Nusa Dua, Bali. Pada awalnya, hotel ini dimiliki oleh grup Starwood Hotels & Resorts Worldwide. Namun, pada tahun 2016, grup Marriott International Inc. menjadi pemilik hotel tersebut. Hal ini merupakan bagian dari penggabungan bisnis Starwood dan Marriott dunia.
Pada tahun 2020, hotel-hotel di Indonesia mengalami penurunan permintaan akibat pandemi Covid-19. Namun, beberapa hotel masih bertahan dan bahkan ada yang melakukan perluasan. Perubahan status kepemilikan hotel bisa dianggap sebagai bagian dari dinamika bisnis yang terus berputar. Meskipun terjadi perubahan kepemilikan, tetapi fasilitas dan layanan hotel diharapkan tetap memberikan kenyamanan kepada pelanggan.